Yogyakarta, Updatemerapi.com – Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), termasuk di wilayah Kota Yogyakarta. Langkah ini diambil agar program nasional tersebut berjalan efektif, aman, dan sesuai standar gizi yang ditetapkan.
Deputi Bidang Pemantauan dan Pengawasan BGN, Letjen (Purn) Dadang Hendrayudha, menjelaskan bahwa evaluasi dilakukan menyusul adanya satu kasus keracunan yang terjadi di Kota Yogyakarta. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait langsung ditutup sementara untuk penyelidikan dan perbaikan menyeluruh.

“Yang ada kejadian (keracunan) langsung kita tutup. Kemudian kita lakukan evaluasi secara menyeluruh tentang tata kelola dan rantai pasok. Tujuannya agar benar-benar memberi manfaat bagi anak-anak,” ujar Dadang saat pertemuan evaluasi MBG di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (6/11/2025).
Dadang menambahkan, BGN mengajak Pemerintah Kota Yogyakarta untuk aktif melakukan pengawasan, termasuk memastikan SPPG memenuhi syarat Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Ia juga menegaskan agar Dinas Kesehatan dan BPOM setempat tidak ragu mengambil tindakan tegas jika ditemukan pelanggaran.
“Saya minta Dinas Kesehatan jangan mudah keluarkan SLHS. Semua dapur harus memenuhi standar, termasuk punya instalasi pengolahan limbah (IPAL),” tegasnya.
Menurutnya, di Yogyakarta terdapat 42 SPPG yang ditargetkan beroperasi, dengan 18 unit sudah aktif dan 24 lainnya masih dalam tahap pembangunan. Program MBG di Kota Yogyakarta sendiri melayani 124.003 penerima manfaat.
Wali Kota Hasto Dukung Pengawasan Ketat
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyambut baik langkah evaluasi BGN. Ia menilai kolaborasi ini penting agar pelaksanaan MBG semakin tertib, higienis, dan tepat sasaran.
“Saya senang karena BGN mempertegas agar Dinas Kesehatan dan BPOM bisa tegas menutup operasional SPPG yang belum layak. Ini penting untuk menjaga disiplin dan keselamatan anak-anak,” kata Hasto.
Hasto juga mengungkapkan, setelah insiden keracunan yang sempat terjadi, Pemkot langsung melakukan pemeriksaan sampel makanan. Hasil laboratorium menunjukkan adanya bakteri E. coli di buah dan sayur yang dicuci dengan air terkontaminasi.
“Saran dari BGN agar penggunaan air galon atau air yang sudah difilter jadi pilihan utama. Saya akan perintahkan Dinas Kesehatan untuk cek kualitas air sebelum dapur SPPG beroperasi,” ujarnya.
Selain aspek kebersihan, Hasto juga menilai program MBG berdampak positif pada pergerakan ekonomi lokal, karena melibatkan banyak pelaku usaha kecil dalam penyediaan bahan makanan bergizi.
Sumber: Warta.jogjakota.go.id














